TUGAS MAKALAH
TEKNIK
NON TEST
“INVENTORI”
NAMA KELOMPOk :6
Raden Sahari Irwan Yusup
Vinsensia Mangur
Nur Aija Karim
Jemi Hiro LY Natto
Debriana Arisandy Seran
Florensina I.Y.Bitin
Amelia F Mali
SEMESTER:III
PROGRAM
STUDI BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami
membahas mengenai salah satu teknik non test yaitu inventori.
Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang
pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita sekalian.
terimakasih.
Penulis
Penulis
BAB 1
A.latar
belakang
Di dalam ilmu bimbingan dan konseling untuk
mengumpulkan suatu data tentang siswa kita membutuhkan instrument atau alat
ukur. salah satu alat ukur atau teknik ukur yaitu inventori atau didalam
psikologi lebih dikenal dengan inventori kepribadian,inventori minat dan
inventori nilai
B.tujuan
-untuk mendapatkan nilai sebagai tugas yang
diberikan dosen
-menambah wawasan keilmuan
-memudahkan dan membuat kita lebih memahami teknik
non test “inventori”
C.rumusan
masalah
Apa itu inventori?
Jenis-jenis inventori?
Bagaimana inventori
yang baik?
Bagaimana langkah untuk membuat inventori?
BAB II
Tes inventori adalah tes-tes yang
terutama menggunakan paper and pencil. Tes inventori merupakan self
report Questionnare, untuk menentukan karakteristik-karakteristik
kepribadian, minat (interested), sikap (attitude), dan
nilai-nilai (value). Tes inventori sangat berguna untuk mengetahui
karakteristik kepribadian seperti minat, penyesuaian diri, motivasi, dan
prasangka. Namun perlu di ingat bahwa alat-alat tes yang digunakan umumnya
tidak ada yang sempurna dan masing-masing tes hanya menjelaskan satu atau
beberapa aspek kepribadian.
Beberapa
masalah dalam tes inventori kepribadian adalah:
1. Definisi
kepribadian sedemikian banyak (defenisi konseptual), sehingga seleksi yang
tepat dari macam-macam definisi kepribadian perlu mendasari pemakaian tes
inventori.
2. Tes inventori
kepribadian tidak dapat bersifat culture free. Oleh karena itu aspek
kultural harus di pertimbangkan, padahal nilai-nilai kultur selalu berubah.
Sedangkan di sisi lain tes inventori diharapkan dapat memberikan profil
kepribadian yang stabil.
3. Bila tes inventori
kepribadian terlalu sensitif terhadap perubahan, maka sulit memperoleh
reliabilitas yang tinggi.
Secara
umum tes inventori kepribadian memiliki beberapa kelemahan, seperti;
1. Aitemnya ambigu
dan perintah tidak jelas.
2. Subjek ingin
menunjukkan kesan-kesan tertentu kepada penguji.
3. Kesukaran
semantik, penafsiran yang berbeda
4. Sikap subjek yang
tak kooperatif/defensif
5. Faking atau
tidak jujur.
6. Acquiscence;
bila aitem yang dibuat lebih mengarah ke jawaban-jawaban tertentu.
untuk mengurangi kelemahan-kelemahan ini, tester perlu memahami tes yang hendak digunakan dengan baik sehingga menyajikan tes dengan baik.
untuk mengurangi kelemahan-kelemahan ini, tester perlu memahami tes yang hendak digunakan dengan baik sehingga menyajikan tes dengan baik.
Macam-macam
Tes Inventori
A. Tes Inventori
kepribadian
1. MMPI (minnesota Personality
Inventory)
2. CPI (california Psychological
Inventory)
3. PIC (Personality Inventory for
Children)
4. MCMI (Millon Clinical Multiaxial
Inventory)
5. PF (sixteen Personality Factor
Questionnaire)
6. EPPS (Edward Perssonal Preference
Schedule)
7. PRF (Personality Research Form)
8. Jackson Personality Inventory
B. Tes Inventory
Minat
1. SCII (Strong-Campbell Interest
Inventory)
2. JVIS (Jackson Vocationalinterest
Survey)
3. KPR-V (Kuder Preference Record -
Vocational)
4. CAI (Career Assessment Inventory)
5. RM (The rothwell-Miller Interest
Blank)
C. Tes Inventori Nilai
1. Study OF Value
2. WVI (Work Value Inventory)
1. Study OF Value
2. WVI (Work Value Inventory)
Tes
Inventori Kepribadian
Contoh
tes inventori Kepribadian yang telah terstandarisasi antara lain :
- MMPI
(Minnesota Multiphasic Personality Inventories)
MMPI telah direvisi dan disusun
ulang menjadi dua versi yang berbeda, MMPI-2 (Butcher, Dahlstrom,
Graham, Tellegen, dan Kaemmer, 1989) dan MMPI-Adolescent (MMPI-A –
Buchler et al., 1992). Pada tahun 1960-an, MMPI dipandang sebagai tes
kepribadian terkemuka dan digunakan sesering atau lebih, pada subjek-subjek
yang normal dalam lingkungan konseling, pekerjaan, medis, militer, dan forensik
seperti pasien psikiatris.
Instrumen yang sudah tidak tepat lagi
karena norma-norma yang berdasar sempit dan kadaluwarsa dari tes perlu
diperbaharui dan direstandardisasi demi kesinambungan MMPI.
Minnesota Multiphasis Personality
Inventory-2.
Butir-butir soal MMPI-2 terdiri dari 567 pernyataan afirmatif yang ditanggapi
peserta tes “Benar” atau “Salah”, 370 butir soal pertama, pada dasarnya sama
dengan butir-butir soal pada MMPI kecuali dalam hal perubahan editorial dan
pengaturan kembali, menyediakan semua respons yang dibutuhkan untuk memberi
skor 10 skala “klinis” yang asli dan tiga skala “validitas”, 197 butir
soal tersisa (107 di antaranya baru) diperlukan untuk menskor seluruh komplemen
yang terdiri dari 104 validitas baru, yang direvisi dan dipertahankan , serta
skala dan sub skala suplementer yang membangun inventori secara lengkap.
Dahsltrom (1993a) telah mempersiapkan suplemen manual yang menyediakan semua
informasi yang perlu untuk membandingkan butir-butir soal MMPI-2 dengan
butir-butir soal asli.
Minnesota Multiphasic Personality
Inventory-Adolescent (MMPI-A) adalah bentuk baru yang dikembangkan
secara spesifik untuk digunakan pada remaja. MMPI-A memuat hampir
semua segi MMPI dan MMPI-2, mencakup 13 skala dasar namun dilakukan pengurangan
panjang keseluruhan inventori menjadi hanya 478 butir soal, dimasukkan
butir-butir soal yang relevan dengan remaja, seperti masalah sekolah dan
keluarga, dan di atas segala-galanya persyaratan norma kecocokan usia.
Dalam perkembangannya maju sejalan
dengan MMPI-2 dan
MMPI-A,
sebagaimana dengan kebanyakan rangkaian tes lainnya, komputerisasi prosedur
untuk administrasi, penentuan skor dan interpretasi inventori serta
pengembangan penerjemahan instrumen ke dalam berbagai bahasa. (Roper,
Ben-Porath dan Butcher, 1991, 1995).
2. CPI
(California Psychological Inventory)
CPI dikembangkan secara khusus pada
populasi orang dewasa. Dalam revisi terakhir CPI terdiri dari 434 butir
soal yang harus dijawab “Benar” atau “Salah” dan menghasilkan skor pada 20
skala (Gough dan Bradly, 1996). CPI pada awal diterbitkan tahun 1956. Pada
awalnya terdiri dari 480 butir soal, diturunkan menjadi 462 butir soal dan
terakhir 434 butir soal
3.
PIC (Personality Inventory for Children)
Dikembangkan melalui 20 tahun riset
oleh sekelompok peneliti di Universitas Minnesota yang secara mendalam
terpengaruh oleh dasar pemikiran dan penggunaan klinis MMPI. PIC dirancang
untuk anak dan remaja usia 3 sampai 16 tahun. PIC awalnya terdiri dari 600
butir soal, yang dikelompokkan ke dalam tiga skala validitas (skala kebohongan,
skala frekuensi dan skala sikap defensif), sebuah skala penyaringan umum dan 12
skala klinis. PIC direvisi menjadi PIC-R dan jumlah butir soalnya dikurangi dari
600 butir soal menjadi 420. PIC-R bukanlah laporan inventori diri melainkan
inventori perilaku teramati. (hasil pelaporan orang tua). Personality
Inventory for Youth (PIY) (Lachar dan Gruber, 1993), terdiri atas 280 butir
soal yang direvisi menjadi 270 butir soal, dikembangkan sebagai ukuran laporan
diri yang sejajar dengan PIC-R.
Kedua alat ini menyediakan seperangkat
alat multidimensi terpadu yang secara khusus dirancang untuk digunakan pada
anak-anak dan remaja.
4.
16 PF (Sixteen Personality Factor Questionnaire)
Disusun oleh : Cattell dan rekan-rekan
kerjanya yang sekarang sudah memasuki edisi kelima (1993). Pertama kali
diterbitkan tahun 1949. 16 PF (sixteen Personality Factor Questionnaire)
16 PF dirancang untuk umur 16 tahun
ke atas dan menghasilkan 16 skor dalam ciri-ciri, seperti : keberanian
sosial, dominasi, kewaspadaan, stabilitas emosional, dan kesadaran peraturan.
5.
MCMI (Millon Clinical Multiaxial Inventory)
Mengikuti tradisi MMPI dan dirancang
untuk maksud yang sama. MCMI-III-Million, Million and Davis, 1994) Diterbitkan
pertama kali tahun 1977. Belakangan dikembangkan menjadi 2 . Salah satunya
adalah Million Adolescent Clinical Inventory (MACI-Million, Million dan
Davis, 1993) digunakan untuk anak usia 13 dan 19 tahun dalam lingkup klinis. Sedangkan
Million Indenx of Personality Styles (MIPS-Million, 1994) untuk orang
dewasa.
6.
EPPS (Edward Personal Preference Schedule)
Dirancangkan untuk menaksir sistem
kebutuhan nyata dikemukakan oleh Murray dan rekan-rekannya di Harvard
Psychological Clinic (Murray, et.al., 1938) Yang akhirnya dibuatlah Edward
Personal Preference Schedule (EPPS-Edward, 1959). Dimulai dari 15 kebutuhan yang
berasal dari daftar Murray. Inventori ini terdiri atas 210 pasang pernyataan
dimana butir soal dari 12 skala lainnya.
EPPS perlu direvisi untuk menghapus
kelemahan teknis terkait butir soal dan interpretasi skornya. Aspek need
yang diungkap, diantaranya;
-
Kemampuan untuk berprestasi
-
Kemampuan menyesuaikan diri
-
Kemampuan menunaikan tugas
-
Kebutuhan untuk menunjukan diri
-
Kebutuhan untuk mandiri
-
Kebutuhan untuk berempati
-
Kebutuhan perhatian terhadap sesama
-
Kebutuhan akan hubungan sosial
-
Keinginan untuk memimpin
-
Keinginan untuk kompromi
-
Kebutuhan memberikan perhatian
-
Kebutuhan akan stimulasi dari luar
-
Kemampuan mengahadapi berbagai rintangan
-
Kebutuhan memberikan perhatian dari lawan jenis
-
Kebutuhan untuk bertentangan dengan orang lain
Cukup
banyak sekali aspek yang diungkap EPPS, namun pada dasarnya tes ini akan
dikelompokan menjadi tiga aspek, yaitu sikap kerja, aspek sosial, dan
aspek emosi.
7.
PRF (Personality Research Form) (Costa dan McCrae, 1988)
PRF mencontoh pendekatan Douglas N
Jackson terhadap pengembangan tes kepribadian. Tersedia dalam lima pilihan
berbeda, termasuk dua rangkaian form paralel (A,B dan AA, BB) dari 300 dan 400
butir soal. Teknik analisis lebih canggih menggunakan komputer terdiri dari 352
butir soal dari butir-butir soal terbaik. Seperti instrumen kepribadian lainnya
PRF mengambil teori kepribadian Murray sebagai titik tolak.
8.
Jackson’s Basic Personality Inventory
Jackson Personality Inventory Revised
(JPI-R) dikembangkan setelah PRF melalui prosedur penyusunan skala yang sama
dengan PRF namun lebih sempurna (Jackson, 1976, 1994a) Jackson menggunakan
standar ketat yang sama pada penyusunan Basic Personality Inventory
(BPI-Jackson, 1989a). BPI sudah tampak menjanjikan untuk digunakan secara
klinis pada bidang kenakalan remaja (Holden & Jackson, 1992)
9.
TAT (Thematic Apperception Test)
Pertama kali dikembangkan oleh Henry
Murray dan stafnya di Harvard Psychological Clinic (Murray, et al., 1938).
Materi-materi TAT terdiri dari 19 kartu yang memuat gambar-gambar kabur dalam
warna hitam dan putih serta kartu kosong. Responden diminta mengarang cerita
sesuai dengan tiap gambar, menceriterakan apa yang mengarah pada peristiwa
sebagaimana tergambar dalam gambar itu, mendeskripsikan apa yang terjadi waktu
itu, kemudian membuat cerita tentang hal itu.
TAT telah disiapkan dalam survei atas
sikap buruh, kelompok minoritas, otoritas dsb.(D.T. Campbell, 1950; R Harrison,
1965). Dalam perkembangannya tes yang lebih baru dikembangkan, Apperception
Tes for Children (RATC) oleh (Mc Arthur dan Roberts, 1982), masih dalam
bentuk kartu gambar. RATC menyediakan 16 kartu stimulus. Gambar-gambar
itu diplih untuk melukiskan situasi antarpribadi yang telah dikenal
dimana ada anak-anak dalam hubungannya dengan orang dewasa atau
anak-anak lainnya.
Test inventori minat
1.
The
Strong Vocational Intrest Blank (SVIB)
Inventori ini
diterbitkan pada tahun 1927 terdiri dari 400 item. Responden diminta untuk
memberikan jawaban dengan jalan memberi tanda (L) terhadap aktivitas-aktivitas
atau obyek-obyek yang disenangi, memberi tanda (I) apabila ia ragu-ragu dan
memberi tanda (D) apabila ia tidak menyenangi aktivitas atau obyek tersebut.
2.
Strong
Interest Inventory (SII)
SII pertama dirumuskan oleh E.K.
Strong.Jr., ketika sementara menghadiri seminar pascasarjana pada tahun
1919-1920. SII dewasa ini terdiri dari 317 butir soal yang dikelompokkan dalam
delapan bagian. Dalam kelima bagian pertama, responden mencatat preferensinya
dengan membuat tanda S, TT, TS, untuk mengindikasikan ”Suka”, ”Tidak Tahu”,
”Tidak Suka”. Butir-butir soal dalam lima bagian ini masuk dalam
kategori-kategori berikut; pekerjaan, mata pelajaran sekolah, aktivitas
(Misalnya, membuat pidato, memperbaiki jam atau mencari dana untuk kegiatan
amal), aktivitas waktu luang, dan kontak sehari-hari dengan berbagai jenis
orang (misalnya, orang yang amat tua, perwira atau orang yang hidupnya dekat
bahaya). Dua bagian tambahan meminta responden menyatakan pilihan diantara
aktivitas-aktivitas pasangan, misalnya berurusan dengan barang versus berurusan
dengan orang dan antara semua pasangan yang mungkin dari empat butir soal dari
dunia kerja yaitu gagasan, data, barang dan orang. Pada akhirnya, satu bagian
inventori meminta responden untuk memberi tanda pada satu rangkaian pernyataan
yang menggambarkan diri sendiri ”Ya”, ”Tidak”, atau ”?”.
Strong bisa diskor oleh komputer, pada pusat-pusat skoring yang ditunjuk oleh
penerbit atau dengan penggunaan perangkat lunak yang tersedia dari penerbit
dalam berbagai pilihan. Ada tiga tingkat skor yang berbeda dalam
keleluasaannya. Yang paling luas dan paling komprehensif adalah enam skor General
Occupational Theme; subdivisi selanjutnya meliputi 25 Basic Interest Scales;
dan tingkat yang paling spesifik menyediakan 211 Skala Pekerjaan yang tersedia.
Disamping hal-hal ini, Form T317 dari Strong menghasilkan skor-skor pada empat
Skala Gaya Pribadi yang menaksir dalam Gaya Pekerjaan, Lingkungan Belajar, Gaya
Kepemimpinan, dan Pengambilan Resiko/Petualangan.
Klasifikasi SII atas minat pekerjaan diturunkan dari model teoretis yang
dikembangakan oleh John Holland (1966,1985/1992) dan didukung oleh riset
ekstensif, baik oleh Holland maupun peneliti-peneliti independen lainnya.
General Occupational Themes yang diidentifikasi ooleh model Holland ditandai
dengan (R) Realistis, (I) Investigatif, (A) Artistik, (S) Sosial, (E)
Kewirausahaan (Enterprising), dan (C) Konvensional. Masing-masing tema
mencirikan tidak hanya tipe orang, tetapi juga tipe lingkungan kerja yang oleh
orang tersebut dirasakan paling menyenangkan. Menurut Holland, orang-orang
tidak digolongkan secara ketat kedalam salah satu dari tipe-tipe utama,
melainkan mereka dicirikan oleh kadar kemiripan satu tipe dengan tipe lainnya.
Dengan demikian, kombinasi tipe semacam ini, yang ditata oleh kadar kemiripan,
menyediakan banyak pola atau ”kode” untuk mendeskripsikan berbagai perbedaan
individu yang luas.
3.
Campbell
Interest and Skill Survey (CISS)
Tes ini digunakan
untuk mrngukur minat serta ketrampilan laporan diri dan diorganisasi dalam cara
yang mirip dengan inventori strong, yang dengannya (David P.Campbell-penyusun
CISS) terlibat selama waktu tertentu. Tambahan data pada ketrampilan
memungkinkan perbandingan antara pola skor yang tinggi dan rendah pada skala
minat dan skala ketrampilan. Hal ini, pada gilirannya, memperluas basis untuk
menjelajahi karier dan mengambil keputusan yang disediakan oleh survei.
4.
Jackson Vocational Interest Survei (JVIS)
JVIS diseleksi untuk
mendapat perhatian khusus. Pertama, karena JVIS merupakan contoh dari prosedur
penyusunan tes canggih dan kedua, karena dalam berbagai aspek ,pendekatannya
berlawanan secara tajam dengan diikuti dalam SII. Inventori ini menggunakan
area minat yang luas dalam pengembangan butir soal dan sistem penentuan
skor. Dalam inventori Strong, sebagian butir soal adalah butir soal Suka, Acuh
Tak Acuh, atau Tidak Suka yang ditandai secara terpisah oleh responden. Selain
itu, butir soal Inventori Strong meruapakan butir soal bertipe
pilihan-terbatas.
Sebagaimana dalam
pengembangan Personality Research Form dan Jackson Personality Inventory,
langkah pertama dalam pengembangan JVIS adalah merumuskan konstruk-konstruk
atau dimensi-dimensi yang harus diukur. Ada dua jenis dimensi, yaitu dipilih
berdasarkan penelitian yang dipublikasikan tentang psikologi kerja, dan
analisis faktor serta klasifikasi rasional atas butir soal minat pekerjaan.
Salah satunya dirumuskan yang berkaitan dengan peran kerja (berhubunga dengan
pekerjaan atau yang dilakukan seseorang pada pekerjaan) dan dengan gaya kerja
(merujuk pada preferensi-preferensi untuk lingkungan kerja atau situasi dimana
perilaku tertentu diharapkan).
Bentuk final JVIS
memuat 34 skala minat dasar, yang mencakup 26 peran kerja dan 8 gaya kerja.
Inventori ini dirancang agar dapat diterapkan pada kedua jenis kelamin,
meskipun tersedia norma-norma persentil terpisah untuk sub-sub kelompok wanita
dan pria. JVIS bisa diberi skor secara manual dengan cepat dan mudah
untuk 34 skala. Akan tetapi, pilihan-pilihan penentuan skor berbasis komputer
yang ada menggunakan nrma-norma paling baru dan menyediakan berbagai analisis
skor tambahan entah dalam laporan naratif lebih luas yang baru direvisi.
Misalnya, laporan-laporan berbasis komputer mencakup skor-skor yang diturunkan
dari analisis faktor atas 34 skala minat dasar. Skor-skor ini yang dibuat
menurut model enam tema Holland, mencakup 10 Tema Pekerjaan Umum:
Ekspresif, Logis, Bersifat Menyelidik, Praktis, Tegas, Sosial, Bersifat
Membantu, Konvensional, Bersifat Wirausaha, dan Komunikatif.
Sejumlah peninjau
telah mengemukakan bahwa perumusan JVIS mungkin terlalu canggih bagi siswa
sekolah menengah (D.T.Brown,1989;J.W.Shepard,1989).
5.
Kuder
Preference Record (KPR)
Inventori ini
mula-mula diterbitkan pada tahun 1939. Kemudian mengalami revisi dan
tambahan-tambahan item-item baru. Kuder memulai dengan mengadakan analisa item
tunggal berdasarkan kelompok-kelompok minat (cluster of intesrest) dalam
menyusun item-item tersebut alam skala deskriptif. Skala ini dapat dipergunakan
dalam bimbingan pendidikan (Educational guidance) maupun dalam bimbingan
jabatan (vocatinal guidance).
Berdasarkan alat konsepnya mengenai
sepuluh kelompok minat, Kuder lalu menyusun item-item inventorinya. Setiap item
merupakan triad dari kegiatan-kegiatana yang mencerminkan tiga kelompok minat.
Penyusunan triad-triad tersebut diatur sedemikian rupa sehingga setiap kelompok
minat pernah ber-triad dengan kelompok minat lainnya. Subyek yang hendak
dinilai disuruh memilih dalam setiap triad. Satu kegiatan yang paling disenangi
dan satu kegiatan yang paling tidak disenangi dalam triad tersebut.
6.
Career Assesment Inventory (CAI)
Sekarang tersedia dua
versi CAI, yaitu The Vocational Version (VV) dan The Enhanced Version (EV).
Deskripsi dalam bagian ini adalah VV. Meskipun EV sangat serupa dalam struktur,
adalah instrument yang sama sekali terpisah (Johannson,1986) yang dapat
diterapkam pada banyak dan rentang pekerjaan yang len\bih luas, mencakup
banyak yang memerlukan pendidikan lewat sekolah menengah.
CAI pertama kali
dikeluarkan pada tahun 1975, CAI (Johannson,1984) secara dekat mengikuti pola
inventori Strong. Akan tetapi, berbeda dari kebanyakan unventori minat, CAI
dirancang secara khusus untuk para pencari karir yang tidak memerlukan
pendidikan universitas selama empat tahun atau pelatihan profesional lebih
jauh. CAI berfokus pada pekerjaan yang melibatkan keterampilan, pekerjaan
teknis, dan pekerjaan jasa.
Contoh dari
skala-skala pekerjaan yang sekarang tersedia antara lain montir pesawat,
petugas kesehatan gigi, petugas kafetaria, programer komputer, dan perawat
terdaftar. Ke-305 butir soal inventori dikelompokkan dibawah tiga kategori isi
yaitu aktivitas, mata pelajaran dan pekerjaan. Masing-masing butir menyediakan
lima pilihan respons, dari ”sangat suka” sampai ”sangat tak suka”. Ditulis
untuk tingkat membaca kelas 6, CAI juga bisa digunakan pada orang-orang dewasa
yang memiliki keterampilan membaca yang buruk. Seperti inventori Strong, CAI
menyediakan skor pada tiga tipe skala utama, termasuk 6 skala Tema Umum
Holland, 22 skala Bidang Minat Dasar homogen, dan 91 skala pekerjaan. Indeks
administratif dan empat akala non-pekerjaan juga termasuk didalamnya. Semua
pengumpulan data dan analisis statistik dijalankan secara terpisah dari
inventori ini. Kecuali skala Tema Umum, skala-skala tertentu yang dikembangkan
dalam masing-masing kategori ini adalah khusus untuk CAI.
7.
Self Directed Search (SDS)
Instrumen ini
dikembangkan oleh J.L Holland, sebagai instrumen konseling pekerjaan yang bisa
dilaksanakan sendiri, diskor sendiri, dan diinterpretasikan sendiri. Individu
mengisi Booklet Penaksiran-Diri, menskor respon, dan menghitung enam skor
rangkuman yang berhubungan dengan tema model Holland (Realistis, Investigatif,
Artistik, Sosial, Bersifat Wirausaha, dan Konvensional). Ketiga skor rangkuman
tertinggi rangkuman tertinggi digunakan untuk menemukan kode berhuruf tiga.
Sebuah skor pendamping, Penemu Pekerjaan, digunakan unutk menemukan pekerjaan
diantara 1355 pekerjaan yang kodenya cocok dengan kode rangkuman responden.
Meskipun SDS
dirancang untuk bersifat bisa menemukan skor sendiri, buku panduannya
merekomendasikan pengawasan tertentu dan pemeriksaan skor. Sebuah studi atas
107 individu yang diseleksi secara acak dari berbagai usia yang mengikuti edisi
SDS yang sekarang ada menunjukkan bahwa 7,5% lebih, telah menarik kode yang
memuat atau transposisi yang tidak tepat (Holland, Powell & Frizche, 1994).
Validitas konkuren
dan efisiensi prediktif SDS naik-turun tergantung pada susunan sampel-sampel
dalam kaitan dengan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tipe-tipe
distribusi.
8.
Rothwell Miller Interest Blank (RMIB)
Menurut sejarahnya
tes ni disusun pertama kali oleh Rothwell pada tahun 1947. saat itu tes
tersebut hanya memiliki 9 jenis kategori dari jenis-jenis pekerjaan yang ada.
Kemudian pada tahun 1958 tes diperluas menjadi 12 kategori oleh Kenneth
Miller.sejak saat itu tes minat ini dinamakan tes minat Rothwell Miller.
Tes ini berbentuk blanko/formulir yang berisikan daftar pekerjaan yang disusun
dalam 9 kelompok, dengan kode huruf A sampai I, serta dibedakan untuk kelompok
pekerjaan pria dan wanitanya.masing-masing kelompok pekerjaan tersebut terdiri
atas 12 jenis pekerjaan, yang mewakili 9 kategori pekerjaan yang akan diukur
dalam tes ini. Tes ini disusun dengan tujuan untuk mengukur minat seseorang
berdasarkan sikap seseorang terhadap suatu pekerjaan dan ide-ide stereotipe
terhadap pekerjaan yang bersangkutan.
Tes Rothwell Miller dapat diberikan kepada testee secara perorangan maupun
klasikal. Instruksi biasanya sudah terdapat dalam balangko sehingga bagi testee
yang sudah dewasa dapat diinstruksikan untuk membaca sendiri, kecuali untuk
orang dewasa dengan intelegensi rendah (Dull-normal). Bagi testee dull-normal,
dianggap kemampuannya untuk memahami, indtruksi tes yang tertulis sehingga
perlu diberikan beberapa contoh untuk dapat mengerjakannya dengan tepat. Bahkan
kadang masih harus dilengkapi dengan memeriksa pekerjaannya setiap saat untuk
mencegah kemungkinan berbuat kesalahan.
9.
Safran
Student’s Interest Inventory
Dalam inventori minat
ini mengungkap tiga aspek, yaitu
(1) Minat Jabatan
(2) Minat terhadap
Mata Pelajaran dan,
(3) Tingkat
kemampuan.
Daftar minat terhadap
mata pelajaran di sekolah ini bersifat fleksibel. Siswa tidak perlu memberi
nilai terhadap mata pelajaan yang tidak diberikan di sekolah. Jika hanya
sepuluh matapelajaran yang dinilai, maka mereka hanya akan mengisi empat kotak
dalam bagian yang agak menarik atau disenangi.
Test inventori nilai
Study of Value
Tes ini berupa suatu inventori kepribadian yang berstruktur.
Inventori kepribadian yang berstruktur ini terdiri dari
pertanyaanpertanyaan
atau pernyataan-pernyataan tertentu yang hanya ada satu
jawaban tertentu. Inventori of
Values bertujuan untuk mengungkap
enam dasar minat dan motif dalam kepribadian yang relatif
menonjol
yaitu teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politik, dan
relegius.
3. Syarat Inventori yang Baik
Menurut
Saifuddin Azwar (2009: 34) bahwa:
Apapun bentuk instrumen pengumpulan data yang digunakan,
masalah
ketepatan tujuan dan penggunaan instrumen (validitas) dan
keterpercayaan
hasil ukurnya (reliabilitas) merupakan dua karakter yang
tidak dapat ditawartawar,
di samping tuntutan akan adanya objektivitas, efisiensi dan
ekonomis.
Lebih
lanjut Mahmud (2011: 165) mengatakan bahwa “untuk
mendapatkan
sebuah instrumen penelitian yang baik atau memenuhi standar,
ada
dua syarat yang harus dipenuhi yaitu validitas dan reliabilitas”. Hal ini
dipertegas
oleh Ary (2005: 293) yang mengatakan “validitas menunjuk
kepada
sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya
diukur.
Sebaliknya
reliabilitas mengacu kepada sejauh mana suatu alat
pengukur
secara ajeg (konsisten) mengukur apa saja yang diukurnya”.
Dalam
penelitian ini, untuk menyusun instrumen kesiapan kerja peneliti
menggunakan
dua persyaratan penting yaitu validitas dan reliabilitas.
Penjelasan
mengenai validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut.
a.
Validitas
Validitas
berasal dari bahasa Inggris validity
yang berarti keabsahan.
Toha
Anggoro (2008: 536) mengatakan “suatu alat ukur dikatakan valid
atau
mempunyai nilai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut memang
dapat
mengukur apa yang hendak diukur”. Hal ini dipertegas oleh
Sugiyono
(2009: 172) yang mengatakan “hasil penelitian yang valid bila
terdapat
kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang
sesungguhnya
terjadi pada objek yang diteliti”.
Berdasarkan
beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
validitas
adalah sejauhmana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang
hendak
diukur sesuai dengan tujuan dari alat ukur tersebut.
Purwanto
(2007: 124) “mengelompokan metode pengujian validitas
menjadi
tiga macam yaitu validitas isi, validitas kriteria, dan validitas
konstruk”.
1)
Validitas Isi.
Validitas
isi (content validity) adalah pengujian validitas dilakukan
atas
isinya untuk memastikan apakah isi instrumen mengukur secara
tepat
keadaan yang ingin diukur. Validitas isi berkenaan dengan isi
dan
format dari instrumen. Apakah instrumen tepat mengukur hal
yang
ingin diukur, apakah butir-butir pertanyaan telah mewakili aspek
yang
akan diukur. Pengujian validitas isi dapat dilakukan
menggunakan
satu dari tiga metode yaitu menelaah butir instrumen,
meminta
pertimbangan ahli dan analisis korelasi butir total.
Untuk
keperluan pengembangan butir-butir instrumen yang
representatif
maka pengembangan butir-butir instrumen harus
didasarkan
pada perencanaan kisi-kisi. Pengujian validitas isi yang
dilakukan
dengan menelaah butir (item
review) dilakukan dengan
mencermati
kesesuaian isi butir yang tertulis dengan perencanaan
yang
dituangkan dalam kisi-kisi. Butir-butir instrumen dinyatakan
valid
(logically valid) apabila setelah mencermati isi butir-butir yang
ditulis
telah menunjukan kesesuaian dengan kisi-kisi.
Pengujian
validitas isi dapat dilakukan dengan meminta
pertimbangan
ahli (expert). Orang yang memiliki kompetensi dalam
suatu
bidang dapat dimintakan pendapatnya untuk menilai ketepatan
isi
butir instrumen.
Pengujian
validitas isi dapat dilakukan dengan melihat korelasi isi
butir
dengan total. Korelasi butir dengan total menunjukkan
sumbangan
butir terhadap totalnya. Sebuah butir dinyatakan valid
apabila
dia berkorelasi tinggi dengan totalnya. Butir yang berkorelasi
tinggi
dengan totalnya menunjukkan bahwa butir tersebut merupakan
isi
dari instrumen karena mempunyai sumbangan besar membentuk
skor
total instrumen.
2)
Validitas Kriteria
Validitas
kriteria (criterion related validity) adalah pengujian
validitas
yang dilakukan dengan membandingkan instrumen dengan
kriteria
tertentu di luar instrumen. Validitas kriteria berkenaan dengan
tingkat
ketepatan instrumen mengukur segi yang akan diukur
dibandingkan
dengan hasil pengukuran dengan instrumen lain yang
menjadi
kriteria. Instrumen yang menjadi kriteria adalah instrumen
yang
sudah standar. Validitas kriteria dihitung dengan
mengkorelasikan
skor yang diperoleh dari penggunaan instrumen
tersebut
dengan skor dari instrumen lain yang menjadi kriteria.
3)
Validitas Konstruk
Validitas
konstruk (construct validity) adalah pengujian validitas
yang
dilakukan dengan melihat kesesuaian konstruksi butir yang
ditulis
dengan kisi-kisi. Validitas konstruk berkenaan dengan konstruk
atau
struktur dan karakteristik psikologis aspek yang akan diukur
dengan
instrumen. Apakah konstruk tersebut dapat menjelaskan
perbedaan
kegiatan atau perilaku individu berkenaan dengan aspek
yang
diukur. Pengujian validitas konstruk dapat dilakukan dengan
menelaah
butir, meminta pertimbangan ahli, konvergensi dan
diskriminabilitas,
multitrait-multimethod, dan analisis faktor.
Berdasarkan
beberapa uraian mengenai validitas di atas, peneliti
hanya
menggunakan satu validitas saja yaitu validitas isi. Dalam
pengembangan
alat ukur inventori kesiapan kerja lebih memfokuskan
pada
sejauhmana isi inventori kesiapan kerja yang mencerminkan ciri
atribut
yang hendak diukur. Validitas isi banyak tergantung pada
penilaian
subyektif individual karena estimasi ini tidak melibatkan
perhitungan
statistik melainkan analisis rasional maka tidaklah
diharapkan
setiap orang akan sama pendapatnya mengenai validitas isi
suatu
tes yang telah dicapai. Dalam penelitian ini akan dibantu kisikisi
pengembangan
instrumen. Kisi-kisi tersebut menjabarkan variabel
menjadi
sub variabel, kemudian dijabarkan kembali menjadi indikator
dan
mejadi item pernyataan.
b.
Reliabilitas
Reliabilitas
berasal dari bahasa Inggris rely
yang berarti percaya, dan
reliable yang
artinya dapat dipercaya. Dengan demikian reliabilitas
menurut
Purwanto (2007: 161) “dapat diartikan sebagai keterpecayaan.
Keterpercayaan
berhubungan dengan ketepatan dan konsistensi. Instrumen
dapat
dipercaya atau reliabel apabila memberikan hasil pengukuran yang
relatif
konsisten”.
Nurul
Zuriah (2007: 192) berpendapat “apabila suatu alat pengukur
dipakai
dua kali atau lebih untuk mengukur gejala yang sama dan hasil
pengukuran
yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut
dikatakan
reliabel”.
Banyak
metode yang dapat dipilih untuk menguji reliabilitas. Menurut
Purwanto
(2007: 162) metode reliabilitas secara garis besar dikelompokan
menjadi
dua yaitu:
1)
Reliabilitas sebagai koefesien stabilitas eksternal yang terdiri dari dari
metode
tes ulang (test-retest) dan metode paralel (parallel
form).
2)
Reliabilitas sebagai konsistensi internal hasil pengukuran butir-butir
instrumen
yang terdiri dari metode belah dua digunakan untuk jumlah
butir
instrumen genap, sedangkan untuk instrumen yang jumlah
butirnya
ganjil maka formula yang digunakan Kuder-Richardson,
Hoyt,
dan Alpha Cronbach.
Dalam
penelitian ini, formula yang akan digunakan untuk menguji
reliabilitas
inventori kesiapan kerja adalah dengan menggunakan formula
alpha cronbach.
Seperti yang dijelaskan oleh Burhan Nurgiyantoro (2004:
349)
“ reliabilitas alpha cronbach dapat dipergunakan baik untuk
instrumen
yang jawabannya berskala maupun jika dikehendaki yang
bersifat
dikhotomis”. Hal ini sesuai dengan pengembangan inventori
kesiapan
kerja yang menggunakan jawaban berskala. Jawaban berskala
tidak
memberlakukan jawaban salah dan yang ada adalah tingkatan
ketepatan
opsi jawaban. Seperti yang diungkapkan oleh Suharsimi
Arikunto
(2006: 198) “ untuk mengukur reliabilitas instrumen yang
skornya
merupakan rentangan antara beberapa nilai atau skala bertingkat
(rating scale)
digunakan rumus Alpha”.
Langkah-langkah Penyusunan Inventori.
Pengembangan inventori kesiapan kerja ini, akan digunakan
untuk
mengukur dan menilai sejauh mana kesiapan kerja yang
dimiliki oleh siswa.
Penyusunan inventori kesiapan kerja ini akan mengikuti
langkah-langkah
penyusunan intrumen bentuk skala model likert. “Jawaban
setiap item
instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai tingkatan
dari sangat
positif sampai sangat negatif” (Sugiyono, 2009: 93). Pada
skala likert
perangsangannya adalah pernyataan. Pernyataan yang akan
diberikan oleh
subyek adalah pernyataan yang favorable (mendukung)
atau pernyataan
tidak-favorable
(tidak mendukung), dalam bentuk variasi
sebagai berikut:
sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan
sangat tidak sesuai
(STS).
Ada beberapa langkah penyusunan instrumen psikologi
diantaranya
menurut Suharsimi Arikunto (2006: 166) yang menjelaskan
“prosedur yang
ditempuh dalam pengadaan instrumen yang baik ada 6 langkah
yaitu: 1)
perencanaan, 2) penulisan butir, 3) penyuntingan, 4) uji
coba, 5) pengenalan
hasil, 6) mengadakan revisi”.
Sementara itu menurut Saifuddin Azwar (2011: 11) :
Penyusunan skala psikologi harus melalui prosedur sebagai
berikut:
identifikasi tujuan ukur, operasional konsep, penskalaan dan
pemilihan
format stimulus, penulisan item dan review item, uji coba,
analisis item,
kompilasi 1 seleksi item, pengujian reliabilitas dan
validitas, serta
kompilasi II format final.
Berdasarkan uraian di atas, langkah-langkah penyusunan
instrumen yang
akan dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada langkah dasar
perancangan dan penyusunan skala psikologis dari Saifuddin
Azwar karena
lebih mudah dipahami, yang meliputi: identifikasi tujuan
akhir,
operasionalisasi konsep, penskalaan dan pemilihan format
stimulus, penulisan
item dan review
item, uji coba, analisis item,
kompilasi 1 item, pengujian
validitas dan reliabilitas, dan kompilasi II format final.
BAB 3
Kesimpulan dan saran
Inventori
adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan teknik non test.
Dimana
inventori sendiri dibagi menjadi 3:inventori kepribadian,minat dan nilai
Saran :karna keterbatasan data yang ada ,penulis mengharapkan pembaca
menambah pengetahuan dengan membaca buku,atau data lain yang lebih lengkap
sehingga pengetahuannya akan lebih banyak
Daftar pustaka
http://bkpemula.wordpress.com/2011/12/19/macam-macam-tes-inventori-kepribadian/
Anne Anastasi dan
Susana Urbina. Tes Psikologi “Psychological
Testing”. PT Indeks, Jakarta : 2007. Alih bahasa oleh Robertus Hariono
dan Imam, MA
eprints.uny.ac.id/.../Bab%202%20-%2007104244042....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar