Rabu, 22 Oktober 2014

“jenis jenis penelitian”

TUGAS MAKALAH
jenis jenis penelitian

   
                         

          NAMA     : Raden S Irwan Yusup
                                                  SEMESTER : III


PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2014

   KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai jenis-jenis penelitian. 

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. 

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. 
terimakasih.

Penulis










BAB 1
A.latar belakang
Dalam penulisan sebuah karya ilmiah kita harus tahu bagaimana metode dan jenis-jenis penelitian sehingga memudahkan kita untuk mengerjakan tugas ,dan dapat menambah pengetahuan
B.tujuan
-untuk mendapatkan nilai sebagai tugas yang diberikan dosen
-menambah wawasan keilmuan
-memudahkan dan membuat kita lebih memahami jenis dan metode penelitian
C.rumusan masalah
Apa saja jenis-jenis penelitian, metode ,dan jenis data?












BAB 2

Metode penelitian merupakan suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, atau dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang tertentu. Jenis-jenis metode penelitian dapat dikelompokan menurut bidang, tujuan, metode, tingkat eksplanasi, dan waktu.
            Menurut bidang, penelitian dapat dibedakan menjadi penelitian akademis, profesional dan institusional. Dari segi tujuan, penelitian dapat dibedakan menjadi penelitian murni dan terapan. Dari segi metode penelitian, dapat dibedakan menjadi penelitian survey, penelitian expofacto, eksperimen, naturalistik, policy research, evaluation research, action research, sejarah, dan Research and development. Dari level of expalanation dapat dibedakan menjadi penelitian deskriptif, komparatif dan asiosiatif. Dari segi waktu dapat dibedakan menjadi penelitian cross sectional dan longitudinal. Dibawah akan diuraikan jenis metode penelitian menurut tujuan, metode, tingkat eksplanasi, dan jenis serta analisis data.

1.  Penelitian Menurut Tujuan:
1.1       Penelitian Murni (dasar)
Penelitian Murni merupakan penelitian yang dilakukan atau diarahkan sekedar untuk memahami masalah organisasi secara mendalam dan hasil penelitian tersebut untuk pengembangan teori. Jujun S. Suriasumantri (1985) menyatakan bahwa penelitian yang bertujuan menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui.
1.2       Penelitian Terapan
Penelitian Terapan merupakan penelitian yang diarahkan untuk mendapakan informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Gay (1977) menyatakan bahwa sulit untuk membedakan antara penelitian murni (dasar) dan terapan secara terpisah, karena keduanya terletak pada satu garis kontinum. Penelitian dasar bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan yang langsung bersifat praktis. Penelitian dasar pada umumnya dilakukan pada laboratorium yang kondisinya ketat dan terkontrol. Penelitian terapan dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji, dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan masalah masalah praktis. Jadi penelitian dasar berkenan dengan penemuan dan pengembangan ilmu. Setelah ilmu tersebut digunakan untuk memecahkan masalah, maka penelitian tersebut akan menjadi penelitian terapan.

2.  Penelitian Menurut Metode:
2.1       Penelitian Survey
Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sample yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variable. Contoh: penelitian untuk mengungkapkan kecenderungan masyarakat dalam memilih pemimpin nasional dan daerah, kualitas SDM masyarakat Indonesia
2.2       Penelitian Ex post facto
Penelitian Ex post facto merupakan  suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliyi peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut kebelakang untuk mengetahui factor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kejadian tersebut. Contoh: penelitian untuk mengungkapakn sebab-sebab terjadinya kebakaran gedung di suatu lembaga pemerintah, penelitian untuk mengungkapakan sebab-sebab terjadinya kerusuhan di suatu daerah.
2.3       Penelitian Eksperimen
Penelitian Eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variable tertentu terhadap variable yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Contoh: penelitian penerapan metode kerja baru terhadap produktifitas kerja, penelitian pengaruh mobil berpenumpang tiga terhadap kemacetan lalu lintas di jalan.
2.4       Penelitian Naturalistic
Penelitian naturalistic sering juga disebut metode kualitatif yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah. Contoh: penelitian untuk mengungkapakn makna upacara ritual dari kelompok masyarakat tertentu, penelitian untuk menemukan factor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi.
2.5       Policy research
Policy research (penelitian kebijaksanaan) merupakan suatu proses penelitian yang dilakukaan pada, atau analisis terhadap masalah-masalah social yang mendasar, sehingga temuannya dapat direkomendasikan kepada pembuat keputusan untuk bertindak dalam menyelesaikan masalah. Contoh: penelitian untuk membuat undang-undang atau peraturan tertentu, penelitian untuk pengembangan struktur organisasi.
2.6       Action research
Action research adalah penelitian yang bertujuan untu mengembangkan metode kerja yang paling efisien, sehingga biaya produksi dapat ditekan dan produktivitas lembaga dapat meningkat. Contoh: penelitian untuk memperbaiki prosedur dan metode kerja dalam pelayanan masyarakat, penelitian mencari metode mengajar yang baik.
2.7       Penelitian evaluasi
Penelitian evaluasi adalah penelitian yang berfungsi untuk menjelaska fenomena suatu kejadian, kegiatan dan product. Contoh: penelitian proses pelaksanaan suatu peraturan atau kebijakan, penelitian keluarga berencana.
2.8       Penelitian sejarah
Penelitian sejarah adalah penelitian yang berkenaan dengan analisis yang logis terhadap kejadian-kejadian yang berlangsung di masa lalu. Contoh: penelitian untuk mengetahui kapan berdirinya kota tertentu yang dapat digunakan untuk menentukan hari ulang tahun, penelitian untuk mengetahui perkembangan peradaban kelompok masyarakat tertentu.

3.  Penelitian Menurut Tingkat Explanasinya :
3.1       Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu variable atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara varibel yang satu dengan yang lain. Contoh: penelitian yang berusaha menjawab bagaimanakah profil presiden Indonesia, bagaimanakah etos kerja dan prestasi kerja para karyawan di suatu departemen.
3.2       Penelitian Komparatif
Penelitian komparatif merupakan suatu penelitian yang bersifat membandingkan sesuatu.  Contoh: adakah perbedaan profil presiden Indonesia dari waktu ke waktu, adakah perbedaan kemampuan kerja antara lulusan SMK dengan lulusan SMU.
3.3       Penelitian Asosiatif
Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dua variable atau lebih. Contoh: apakah ada hubungan antara datangnya kupu-kupu dengan tamu, atau adakah pengaruh insentif terhadap prestasi kerja pegawai.

4.  Penelitian Menurut Jenis Data dan Analisis :
4.1       Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data kuantitatif (data yang berbentuk angka atau data yang diangkakan). Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional , karena metode ini sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut kuantitatifkarena data penelitiannya berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Jadi, metode kuantitatif merupakan metode yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah diterapkan.
4.2       Penelitian kualitatif
Penelitian kualitatif adalah peneltian yang menggunakan data kualitatif (data yang berbentuk data, kalimat, skema, dan gambar). Metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru karena popularitasnya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni ( kurang terpola) dan disebut sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan. Jadi metode penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuik meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
5.   Macam – macam Data Penelitian :
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia , data memiliki arti keterangan yang benar dan nyata. Dapat juga diartikan sebagai keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan) (http://kbbi.web.id/data) . Dalam pengertian lain, data adalah semua keterangan seseorang yang dijadikan responden maupun yang berasal dari dokumen-dokumen, baik dalam bentuk statistik atau dalam bentuk lainnya guna keperluan penelitian. Macam – macam sebuah data dapat dibedakan menjadi 5, yaitu macam data berdasarkan cara memperolehnya, macam data berdasarkan sumber datanya, macam data berdasarkan bentuk,  macam data menurut waktu pengumpulannya, dan macam data berdasarkan skala atau tingkat pengukuran.



5.1              Data berdasarkan cara memperolehnya
5.1.1        Data Primer, adalah data yang secara langsung diambi dari objek penelitian oleh peneliti. Contoh : mewawancarai langsung pemilik perusahaan untuk meneliti tingkat pendapatan perusahaan tersebut.
5.1.2        Data Sekunder, adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti biasanya mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun non komersial. Contohnya adalah seorang peneliti yang menggunakan data statistik hasil riset dari badan pusat statistik.

5.2              Data berdasarkan sumber datanya
5.2.1        Data internal, adalah data yang menggambarkan situasi dan kondisi pada suatu organisasi secara internal. Contohnya : data keuangan suatu perusahaan.
5.2.2        Data Eksternal, adalah data yang menggambarkan situasi serta kondisi yang ada di luar organisasi. Contohnya : data jumlah penggunaan suatu produk pada konsumen, tingkat preferensi pelanggan.

5.3              Data berdasarkan bentuknya
5.3.1        Data kualitatif, adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka.
5.3.2        Data kuantitatif, adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. 

5.4              Data berdasarkan menurut waktu pengumpulannya.
5.4.1        Data Cross Section, adalah data yang menunjukkan titik waktu tertentu. Contohnya : laporan keuangan per 31 Desember 2012, data pelanggan UD. Panda Seminar bulan Oktober 2012.
5.4.2        Data Time Series/berkala, adalah data yang menggambarkan sesuatu dari waktu ke waktu atau periode secara historis. Contohnya, tingkat inflasi Republik Indonesia dari tahun 2000 sampai 2012.

5.5              Data berdasarkan skala dibedakan atas 4 macam :
5.5.1        Data Nominal, adalah data yang termasuk ke dalam data kualitatif, dan hanya mempunyai satu kategori, sehingga tidak menunjukkan tingkatan. Contoh : data tentang jenis kelamin, agama, suku bangsa.
5.5.2        Data Ordinal, adalah data yang termasuk ke dalam data kualitatif yang jenjangnya lebih tinggi dari data nominal. Data ordinal sudah menunjukkan lambing dan jenjang atau tingkatan lebih besar atau lebih kecil. Contohnya : tingkat pendidikan.
5.5.3        Data Interval, adalah data yang termasuk ke dalam data kuantitatif yang berupa angka, dapat bertingkat / berjenjang, dapat menujukkan peringkat (makin besar bilangan makin tinggi peringkatnya). Contohnya : Jumlah pengeluaran mahasiswa akuntansi FEB Unud tiap bulannya
< Rp 100.000
2
Rp 100.000 -  Rp 500.000
4
>Rp 500.000
10

5.5.4        Data Rasio, adalah data yang dapat menyatakan sebagai peringkat, menyatakan jarak, dan mempunyai titik nol sebagai titik mutlak, dan dioperasikan secara matematik. Contohnya : pendapatan, tinggi badan.

6. Penelitian Dan Pengambilan Kepututusan
Penelitian pada dasarnya merupakan penelitian yang sistematis dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan yang bemanfaat untuk menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Indriantoro & Supomo, 1999: 16). Pengertian atau definisi penelitian bisnis secara khusus juga dikemukakan. Mereka mengatakan bahwa penelitian bisnis adalah suatu proses sistematis dan obyektif yang meliputi pengumpulan, analisis data untuk membantu pengambilan keputusan bisnis (Zikmund, 2000: 5). Suatu penelitian sistematis yang memberikan informasi untuk menuntun keputusan bisnis (Cooper & Emory, 1995: 11).
Berdasarkan beberapa definisi penelitian yang diungkapkan sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian bisnis merupakan suatu proses pengumpulan, pencatatan, dan analisis data yang sistematis untuk pengambilan kesimpulan yang objektif dalam rangka membantu dalam pembuatan keputusan-keputusan bisnis. Perhatian utama dalam penelitian bisnis adalah proses perubahan pembuatan keputusan yang selama ini dilakukan berdasarkan intuisi menjadi pengambilan keputusan yang berdasarkan pada proses investigasi yang dilakukan secara sistematis dan objektif.

6.1  Proses Berpikir
Penelitian digambarkan sebagai suatu kegiatan untuk menyelesaikan suatu teka-teki. Bagi seorang peneliti, teka-teki merupakan masalah-masalah yang dapat diatasi atau diselesaikan melalui penalaran. Setiap saat kita melakukan penalaran dengan tingkat keberhasilan yang berbeda dan mengkomunikasikan pengertian itu dalam bahasa sehari-hari, atau dalam kasus-kasus khusus, dalam bentuk logis dan simbolis. Penyampaian pengertian itu melalui dua cara yaitu eksposisi atau argumentasi. Eksposisi terdiri dari pernyataan-pernyataan deskriptif yang sekadarnya saja dan mempunyai alasan-alasan. Argumentasi memungkinkan kita untuk menjelaskan, mengartikan, membela, menantang, dan menjajaki pengertian yang disampaikan. Hasil penelitian harus dijelaskan dengan argumen yang dapat diterima. Ada dua jenis bentuk argumen yang sangat penting dalam penelitian yaitu deduksi (deduction) dan induksi (induction).

6.2  Deduksi
Deduksi merupakan proses pengambilan kesimpulan sebagai akibat dari alasan-alasan yang diajukan berdasarkan hasil analisis data. Proses pengambilan kesimpulan dengan cara deduksi didasari oleh alasan-alasan yang benar dan valid. Proses pengambilan kesimpulan berdasarkan alasanalasan yang valid atau dengan menguji hipotesis dengan menggunakan data empiris disebut proses deduksi (deduction) dan metodenya disebut metode deduktif (deductive method) dan penelitiannya disebut penelitian deduktif (deductive research). Proses deduksi selalu digunakan pada penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif (scientific). Deduksi dikatakan tepat jika premis (alasan) dan konklusi benar dan sahih, hal ini berarti:

1. Alasan (premis) yang diberikan untuk kesimpulan harus sesuai dengan
kenyataan (benar).
2. Kesimpulan harus diambil dari alasan-alasannya (sahih).

Berikut ini contoh sederhana tentang proses pengambilan kesimpulan berdasarkan deduksi:
·         Semua dosen yang telah mengikuti pelatihan metodologi penelitian dapat
membuat proposal penelitian dengan baik (Premis 1).
·         Erlina adalah dosen yang telah mengikuti pelatihan metodologi penelitian (Premis 2).
·         Erlina adalah dosen yang dapat membuat proposal penelitian dengan baik (konklusi).
Jika semua premis benar dan pengambilan kesimpulan tidak salah, maka proses deduksi dianggap valid. Konklusi hanya dapat diterima jika semua premisnya benar dan valid. Jika ada premisnya yang tidak sesuai dengan kenyataan, maka deduksinya tidak dapat diterima. Dari contoh yang diberikan di atas, ternyata Erlina telah mengikuti pelatihan metodologi penelitian tetapi dia bukan dosen, maka premisnya tidak benar dan konklusinya ditolak.

6.3  Induksi
Induksi didefinisikan sebagai proses pengambilan kesimpulan (atau pembentukan hipotesis) yang didasarkan pada satu atau dua fakta atau bukti-bukti. Pendekatan induksi sangat berbeda dengan deduksi. Tidak ada hubungan yang kuat antara alasan dan konklusi. Proses pembentukan hipotesis dan pengambilan kesimpulan berdasarkan data yang diobservasi dan dikumpulkan terlebih dahulu disebut proses induksi (induction process) dan metodenya disebut metode induktif (inductive method) dan penelitiannya disebut penellitian induktif (inductive research). Dengan demikian pendekatan induksi mengumpulkan data terlebih dahulu baru hipotesis dibuat jika diinginkan atau konklusi langsung diambil jika hipotesis tidak digunakan. Proses induksi selalu digunakan pada penelitian dengan pendekatan kualitatif (naturalis). Penalaran induksi merupakan proses berpikir yang berdasarkan kesimpulan umum pada kondisi khusus. Kesimpulan menjelaskan fakta sedangkan faktanya mendukung kesimpulan.
Contoh:
Teguh seorang manajer pemasaran PT Pertamina di Kota Medan. Hasil penjualan pelumas di Medan paling rendah di antara kota yang lain. Berdasarkan data ini kita dapat menarik kesimpulan sementara (hipotesis) bahwa masalahnya adalah Rudi kurang aktif dalam melakukan promosi. Tapi kita dapat membuat kesimpulan yang lain (berbeda) atas dasar bukti-bukti lain, seperti:
·         Kemampuan menjual Teguh rendah sehingga efektivitas penjualan menurun.
·         Daerah pemasaran Teguh tidak memiliki potensi pasar yang sama dengan daerah lain.
·         Teguh kurang berbakat bekerja di bagian pemasaran produk pelumas.
·         Pesaing di wilayahnya mampu memberi informasi tentang kelebihan produk mereka sehingga konsumen lebih memilih membeli produk pesaing.
Semua hipotesis merupakan induksi berdasarkan bukti catatan penjualan Teguh . Dalam hal ini, peneliti perlu mencari bukti yang diyakini kebenarannya. Sebagian besar tugas peneliti adalah menentukan jenis bukti yang diperlukan dan mengukur bukti-bukti.













BAB 3

Kesimpulan dan saran
Jenis-jenis penelitian dibedakan menjadi beberapa,menurut tujuannya,metode,tingkat explanasi,analisis jenis data dan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Saran :karna keterbatasan data yang ada ,penulis mengharapkan pembaca menambah pengetahuan dengan membaca buku,atau data lain yang lebih lengkap sehingga pengetahuannya akan lebih banyak





Daftar pustaka
enrich27.blogspot.com/2013/09/jenis-jenis-metode-penelitian.html

http://www.academia.edu/5055783/Metode_Penelitian

makalah inventori

TUGAS MAKALAH
TEKNIK NON TEST
“INVENTORI”
                NAMA KELOMPOk :6
    Raden Sahari Irwan Yusup
Vinsensia Mangur
Nur Aija Karim
Jemi Hiro LY Natto
                                              Debriana Arisandy Seran
Florensina I.Y.Bitin
Amelia F Mali
                                       SEMESTER:III
     PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING
       FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
       UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2014
   
 

  KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai salah satu teknik non test yaitu inventori. 

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. 

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. 
terimakasih.

Penulis











       
BAB 1
A.latar belakang
Di dalam ilmu bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan suatu data tentang siswa kita membutuhkan instrument atau alat ukur. salah satu alat ukur atau teknik ukur yaitu inventori atau didalam psikologi lebih dikenal dengan inventori kepribadian,inventori minat dan inventori nilai
B.tujuan
-untuk mendapatkan nilai sebagai tugas yang diberikan dosen
-menambah wawasan keilmuan
-memudahkan dan membuat kita lebih memahami teknik non test “inventori”
C.rumusan masalah
Apa itu inventori?
Jenis-jenis inventori?
Bagaimana inventori  yang baik?
Bagaimana langkah untuk membuat inventori?
                                   









                                                  BAB II
    Tes inventori adalah tes-tes yang terutama menggunakan paper and pencil. Tes inventori merupakan self report Questionnare, untuk menentukan karakteristik-karakteristik kepribadian, minat (interested), sikap (attitude), dan nilai-nilai (value). Tes inventori sangat berguna untuk mengetahui karakteristik kepribadian seperti minat, penyesuaian diri, motivasi, dan prasangka. Namun perlu di ingat bahwa alat-alat tes yang digunakan umumnya tidak ada yang sempurna dan masing-masing tes hanya menjelaskan satu atau beberapa aspek kepribadian.
Beberapa masalah dalam tes inventori kepribadian adalah:
1. Definisi kepribadian sedemikian banyak (defenisi konseptual), sehingga seleksi yang tepat dari macam-macam definisi kepribadian perlu mendasari pemakaian tes inventori.
2. Tes inventori kepribadian tidak dapat bersifat culture free. Oleh karena itu aspek kultural harus di pertimbangkan, padahal nilai-nilai kultur selalu berubah. Sedangkan di sisi lain tes inventori diharapkan dapat memberikan profil kepribadian yang stabil.
3. Bila tes inventori kepribadian terlalu sensitif terhadap perubahan, maka sulit memperoleh reliabilitas yang tinggi.
Secara umum tes inventori kepribadian memiliki beberapa kelemahan, seperti;
1. Aitemnya ambigu dan perintah tidak jelas.
2. Subjek ingin menunjukkan kesan-kesan tertentu kepada penguji.
3. Kesukaran semantik, penafsiran yang berbeda
4. Sikap subjek yang tak kooperatif/defensif
5. Faking atau tidak jujur.
6. Acquiscence; bila aitem yang dibuat lebih mengarah ke jawaban-jawaban tertentu.
untuk mengurangi kelemahan-kelemahan ini, tester perlu memahami tes yang hendak digunakan dengan baik sehingga menyajikan tes dengan baik.
                                    Macam-macam Tes Inventori
A. Tes Inventori kepribadian
1. MMPI (minnesota Personality Inventory)
2. CPI (california Psychological Inventory)
3. PIC (Personality Inventory for Children)
4. MCMI (Millon Clinical Multiaxial Inventory)
5. PF (sixteen Personality Factor Questionnaire)
6. EPPS (Edward Perssonal Preference Schedule)
7. PRF (Personality Research Form)
8. Jackson Personality Inventory


B. Tes Inventory Minat
1. SCII (Strong-Campbell Interest Inventory)
2. JVIS (Jackson Vocationalinterest Survey)
3. KPR-V (Kuder Preference Record - Vocational)
4. CAI (Career Assessment Inventory)
5. RM (The rothwell-Miller Interest Blank)
C. Tes Inventori Nilai
1. Study OF Value
2. WVI (Work Value Inventory)




Tes Inventori Kepribadian
Contoh tes inventori Kepribadian yang telah terstandarisasi antara lain :
  1. MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventories)
MMPI  telah direvisi dan disusun ulang menjadi dua versi yang berbeda, MMPI-2 (Butcher, Dahlstrom, Graham, Tellegen, dan Kaemmer, 1989) dan MMPI-Adolescent (MMPI-A – Buchler et al., 1992). Pada tahun  1960-an, MMPI dipandang sebagai tes kepribadian terkemuka dan digunakan sesering atau lebih, pada subjek-subjek yang normal dalam lingkungan konseling, pekerjaan, medis, militer, dan forensik seperti pasien psikiatris.
Instrumen yang sudah tidak tepat lagi karena norma-norma yang berdasar sempit dan kadaluwarsa dari tes perlu diperbaharui dan direstandardisasi demi kesinambungan MMPI.
Minnesota Multiphasis Personality Inventory-2. Butir-butir soal MMPI-2 terdiri dari 567 pernyataan afirmatif yang ditanggapi peserta tes “Benar” atau “Salah”, 370 butir soal pertama, pada dasarnya sama dengan butir-butir soal pada MMPI kecuali dalam hal perubahan editorial dan pengaturan kembali, menyediakan semua respons yang dibutuhkan untuk memberi skor 10 skala “klinis” yang asli dan tiga skala “validitas”, 197  butir soal tersisa (107 di antaranya baru) diperlukan untuk menskor seluruh komplemen yang terdiri dari 104 validitas baru, yang direvisi dan dipertahankan , serta skala dan sub skala suplementer yang membangun inventori secara lengkap. Dahsltrom (1993a) telah mempersiapkan suplemen manual yang menyediakan semua informasi yang perlu untuk membandingkan butir-butir soal MMPI-2 dengan butir-butir soal asli.
Minnesota Multiphasic Personality Inventory-Adolescent (MMPI-A) adalah bentuk baru yang dikembangkan secara spesifik untuk digunakan pada remaja.  MMPI-A memuat hampir semua segi MMPI dan MMPI-2, mencakup 13 skala dasar namun dilakukan pengurangan panjang keseluruhan inventori menjadi hanya 478 butir soal, dimasukkan butir-butir soal yang relevan dengan remaja, seperti masalah sekolah dan keluarga, dan di atas segala-galanya persyaratan norma kecocokan usia.
Dalam perkembangannya maju sejalan dengan MMPI-2 dan             MMPI-A, sebagaimana dengan kebanyakan rangkaian tes lainnya, komputerisasi prosedur untuk administrasi, penentuan skor dan interpretasi inventori serta pengembangan penerjemahan instrumen ke dalam berbagai bahasa. (Roper, Ben-Porath dan Butcher, 1991, 1995).


2. CPI (California Psychological Inventory)
CPI dikembangkan secara khusus pada populasi orang dewasa. Dalam revisi terakhir CPI terdiri dari 434 butir soal yang harus dijawab “Benar” atau “Salah” dan menghasilkan skor pada 20 skala (Gough dan Bradly, 1996). CPI pada awal diterbitkan tahun 1956. Pada awalnya terdiri dari 480 butir soal, diturunkan menjadi 462 butir soal dan terakhir 434 butir soal
3. PIC (Personality Inventory for Children)
Dikembangkan melalui 20 tahun riset oleh sekelompok peneliti di Universitas Minnesota yang secara mendalam terpengaruh oleh dasar pemikiran dan penggunaan klinis MMPI. PIC dirancang untuk anak dan remaja usia 3 sampai 16 tahun. PIC awalnya terdiri dari 600 butir soal, yang dikelompokkan ke dalam tiga skala validitas (skala kebohongan, skala frekuensi dan skala sikap defensif), sebuah skala penyaringan umum dan 12 skala klinis. PIC direvisi menjadi PIC-R dan jumlah butir soalnya dikurangi dari 600 butir soal menjadi 420. PIC-R bukanlah laporan inventori diri melainkan inventori perilaku teramati. (hasil pelaporan orang tua).  Personality Inventory for Youth (PIY) (Lachar dan Gruber, 1993), terdiri atas 280 butir soal yang direvisi menjadi 270 butir soal, dikembangkan sebagai ukuran laporan diri yang sejajar dengan PIC-R.
Kedua alat ini menyediakan seperangkat alat multidimensi terpadu yang secara khusus dirancang untuk digunakan pada anak-anak dan remaja.
4. 16 PF (Sixteen Personality Factor Questionnaire)
Disusun oleh : Cattell dan rekan-rekan kerjanya yang sekarang sudah memasuki edisi kelima (1993). Pertama kali diterbitkan tahun 1949. 16 PF (sixteen Personality Factor Questionnaire)
16 PF dirancang untuk umur 16 tahun ke atas dan menghasilkan 16 skor dalam ciri-ciri, seperti : keberanian sosial, dominasi, kewaspadaan, stabilitas emosional, dan kesadaran peraturan.
5. MCMI (Millon Clinical Multiaxial Inventory)
Mengikuti tradisi MMPI dan dirancang untuk maksud yang sama. MCMI-III-Million, Million and Davis, 1994) Diterbitkan pertama kali tahun 1977. Belakangan dikembangkan menjadi 2 . Salah satunya adalah Million Adolescent Clinical Inventory (MACI-Million, Million dan Davis, 1993) digunakan untuk anak usia 13 dan 19 tahun dalam lingkup klinis. Sedangkan Million Indenx of Personality Styles (MIPS-Million, 1994) untuk orang dewasa.
6. EPPS (Edward Personal Preference Schedule)
Dirancangkan untuk menaksir sistem kebutuhan nyata dikemukakan oleh Murray dan rekan-rekannya di Harvard Psychological Clinic (Murray, et.al., 1938) Yang akhirnya dibuatlah Edward Personal Preference Schedule (EPPS-Edward, 1959). Dimulai dari 15 kebutuhan yang berasal dari daftar Murray. Inventori ini terdiri atas 210 pasang pernyataan dimana butir soal dari 12 skala lainnya.
EPPS perlu direvisi untuk menghapus kelemahan teknis terkait butir soal dan interpretasi skornya. Aspek need yang diungkap, diantaranya;
-         Kemampuan untuk berprestasi
-         Kemampuan menyesuaikan diri
-         Kemampuan menunaikan tugas
-         Kebutuhan untuk menunjukan diri
-         Kebutuhan untuk mandiri
-         Kebutuhan untuk berempati
-         Kebutuhan perhatian terhadap sesama
-         Kebutuhan akan hubungan sosial
-         Keinginan untuk memimpin
-         Keinginan untuk kompromi
-         Kebutuhan memberikan perhatian
-         Kebutuhan akan stimulasi dari luar
-         Kemampuan mengahadapi berbagai rintangan
-         Kebutuhan memberikan perhatian dari lawan jenis
-         Kebutuhan untuk bertentangan dengan orang lain
Cukup banyak sekali aspek yang diungkap EPPS, namun pada dasarnya tes ini akan dikelompokan menjadi tiga aspek, yaitu sikap kerja, aspek sosial, dan aspek emosi.
7. PRF (Personality Research Form) (Costa dan McCrae, 1988)
PRF mencontoh pendekatan Douglas N Jackson terhadap pengembangan tes kepribadian. Tersedia dalam lima pilihan berbeda, termasuk dua rangkaian form paralel (A,B dan AA, BB) dari 300 dan 400 butir soal. Teknik analisis lebih canggih menggunakan komputer terdiri dari 352 butir soal dari butir-butir soal terbaik. Seperti instrumen kepribadian lainnya PRF mengambil teori kepribadian Murray sebagai titik tolak.
8. Jackson’s Basic Personality Inventory
Jackson Personality Inventory Revised (JPI-R) dikembangkan setelah PRF melalui prosedur penyusunan skala yang sama dengan PRF namun lebih sempurna (Jackson, 1976, 1994a) Jackson menggunakan standar ketat yang sama pada penyusunan Basic Personality Inventory (BPI-Jackson, 1989a). BPI sudah tampak menjanjikan untuk digunakan secara klinis pada bidang kenakalan remaja (Holden & Jackson, 1992)
9. TAT (Thematic Apperception Test)
Pertama kali dikembangkan oleh Henry Murray dan stafnya di Harvard Psychological Clinic (Murray, et al., 1938). Materi-materi TAT terdiri dari 19 kartu yang memuat gambar-gambar kabur dalam warna hitam dan putih serta kartu kosong. Responden diminta mengarang cerita sesuai dengan tiap gambar, menceriterakan apa yang mengarah pada peristiwa sebagaimana tergambar dalam gambar itu, mendeskripsikan apa yang terjadi waktu itu, kemudian membuat cerita tentang hal itu.
TAT telah disiapkan dalam survei atas sikap buruh, kelompok minoritas, otoritas dsb.(D.T. Campbell, 1950; R Harrison, 1965).  Dalam perkembangannya tes yang lebih baru dikembangkan, Apperception Tes for Children (RATC) oleh (Mc Arthur dan Roberts, 1982), masih dalam bentuk kartu gambar. RATC menyediakan 16 kartu stimulus.  Gambar-gambar itu diplih untuk melukiskan  situasi antarpribadi yang telah dikenal dimana ada anak-anak  dalam hubungannya dengan orang dewasa  atau anak-anak lainnya.
Test inventori minat
1.      The Strong Vocational Intrest Blank (SVIB)
Inventori ini diterbitkan pada tahun 1927 terdiri dari 400 item. Responden diminta untuk memberikan jawaban dengan jalan memberi tanda (L) terhadap aktivitas-aktivitas atau obyek-obyek yang disenangi, memberi tanda (I) apabila ia ragu-ragu dan memberi tanda (D) apabila ia tidak menyenangi aktivitas atau obyek tersebut.

2.      Strong Interest Inventory (SII)
SII pertama dirumuskan oleh E.K. Strong.Jr., ketika sementara menghadiri seminar pascasarjana pada tahun 1919-1920. SII dewasa ini terdiri dari 317 butir soal yang dikelompokkan dalam delapan bagian. Dalam kelima bagian pertama, responden mencatat preferensinya dengan membuat tanda S, TT, TS, untuk mengindikasikan ”Suka”, ”Tidak Tahu”, ”Tidak Suka”. Butir-butir soal dalam lima bagian ini masuk dalam kategori-kategori berikut; pekerjaan, mata pelajaran sekolah, aktivitas (Misalnya, membuat pidato, memperbaiki jam atau mencari dana untuk kegiatan amal), aktivitas waktu luang, dan kontak sehari-hari dengan berbagai jenis orang (misalnya, orang yang amat tua, perwira atau orang yang hidupnya dekat bahaya). Dua bagian tambahan meminta responden menyatakan pilihan diantara aktivitas-aktivitas pasangan, misalnya berurusan dengan barang versus berurusan dengan orang dan antara semua pasangan yang mungkin dari empat butir soal dari dunia kerja yaitu gagasan, data, barang dan orang. Pada akhirnya, satu bagian inventori meminta responden untuk memberi tanda pada satu rangkaian pernyataan yang menggambarkan diri sendiri ”Ya”, ”Tidak”, atau ”?”.
                Strong bisa diskor oleh komputer, pada pusat-pusat skoring yang ditunjuk oleh penerbit atau dengan penggunaan perangkat lunak yang tersedia dari penerbit dalam berbagai pilihan. Ada tiga tingkat skor yang berbeda dalam keleluasaannya. Yang paling luas dan paling komprehensif adalah enam skor General Occupational Theme; subdivisi selanjutnya meliputi 25 Basic Interest Scales; dan tingkat yang paling spesifik menyediakan 211 Skala Pekerjaan yang tersedia. Disamping hal-hal ini, Form T317 dari Strong menghasilkan skor-skor pada empat Skala Gaya Pribadi yang menaksir dalam Gaya Pekerjaan, Lingkungan Belajar, Gaya Kepemimpinan, dan Pengambilan Resiko/Petualangan.
                Klasifikasi SII atas minat pekerjaan diturunkan dari model teoretis yang dikembangakan oleh John Holland (1966,1985/1992) dan didukung oleh riset ekstensif, baik oleh Holland maupun peneliti-peneliti independen lainnya. General Occupational Themes yang diidentifikasi ooleh model Holland ditandai dengan (R) Realistis, (I) Investigatif, (A) Artistik, (S) Sosial, (E) Kewirausahaan (Enterprising), dan (C) Konvensional. Masing-masing tema mencirikan tidak hanya tipe orang, tetapi juga tipe lingkungan kerja yang oleh orang tersebut dirasakan paling menyenangkan. Menurut Holland, orang-orang tidak digolongkan secara ketat kedalam salah satu dari tipe-tipe utama, melainkan mereka dicirikan oleh kadar kemiripan satu tipe dengan tipe lainnya. Dengan demikian, kombinasi tipe semacam ini, yang ditata oleh kadar kemiripan, menyediakan banyak pola atau ”kode” untuk mendeskripsikan berbagai perbedaan individu yang luas.

3.      Campbell Interest and Skill Survey (CISS)
Tes ini digunakan untuk mrngukur minat serta ketrampilan laporan diri dan diorganisasi dalam cara yang mirip dengan inventori strong, yang dengannya (David P.Campbell-penyusun CISS) terlibat selama waktu tertentu. Tambahan data pada ketrampilan memungkinkan perbandingan antara pola skor yang tinggi dan rendah pada skala minat dan skala ketrampilan. Hal ini, pada gilirannya, memperluas basis untuk menjelajahi karier dan mengambil keputusan yang disediakan oleh survei.

4.      Jackson Vocational Interest Survei (JVIS)
JVIS diseleksi untuk mendapat perhatian khusus. Pertama, karena JVIS merupakan contoh dari prosedur penyusunan tes canggih dan kedua, karena dalam berbagai aspek ,pendekatannya berlawanan secara tajam dengan diikuti dalam SII. Inventori ini menggunakan area minat yang luas dalam pengembangan butir soal  dan sistem penentuan skor. Dalam inventori Strong, sebagian butir soal adalah butir soal Suka, Acuh Tak Acuh, atau Tidak Suka yang ditandai secara terpisah oleh responden. Selain itu, butir soal Inventori Strong meruapakan butir soal bertipe pilihan-terbatas.
Sebagaimana dalam pengembangan Personality Research Form dan Jackson Personality Inventory, langkah pertama dalam pengembangan JVIS adalah merumuskan konstruk-konstruk atau dimensi-dimensi yang harus diukur. Ada dua jenis dimensi, yaitu dipilih berdasarkan penelitian yang dipublikasikan tentang psikologi kerja, dan analisis faktor serta klasifikasi rasional atas butir soal minat pekerjaan. Salah satunya dirumuskan yang berkaitan dengan peran kerja (berhubunga dengan pekerjaan atau yang dilakukan seseorang pada pekerjaan) dan dengan gaya kerja (merujuk pada preferensi-preferensi untuk lingkungan kerja atau situasi dimana perilaku tertentu diharapkan).
Bentuk final JVIS memuat 34 skala minat dasar, yang mencakup 26 peran kerja dan 8 gaya kerja. Inventori ini dirancang agar dapat diterapkan pada kedua jenis kelamin, meskipun tersedia norma-norma persentil terpisah untuk sub-sub kelompok wanita dan pria.  JVIS bisa diberi skor secara manual dengan cepat dan mudah untuk 34 skala. Akan tetapi, pilihan-pilihan penentuan skor berbasis komputer yang ada menggunakan nrma-norma paling baru dan menyediakan berbagai analisis skor tambahan entah dalam laporan naratif lebih luas yang baru direvisi. Misalnya, laporan-laporan berbasis komputer mencakup skor-skor yang diturunkan dari analisis faktor atas 34 skala minat dasar. Skor-skor ini yang dibuat menurut model  enam tema Holland, mencakup 10 Tema Pekerjaan Umum: Ekspresif, Logis, Bersifat Menyelidik, Praktis, Tegas, Sosial, Bersifat Membantu, Konvensional, Bersifat Wirausaha, dan Komunikatif.
Sejumlah peninjau telah mengemukakan bahwa perumusan JVIS mungkin terlalu canggih bagi siswa sekolah menengah (D.T.Brown,1989;J.W.Shepard,1989).

5.      Kuder Preference Record (KPR)
Inventori ini mula-mula diterbitkan pada tahun 1939. Kemudian mengalami revisi dan tambahan-tambahan item-item baru. Kuder memulai dengan mengadakan analisa item tunggal berdasarkan kelompok-kelompok minat (cluster of intesrest) dalam menyusun item-item tersebut alam skala deskriptif. Skala ini dapat dipergunakan dalam bimbingan pendidikan (Educational guidance) maupun dalam bimbingan jabatan (vocatinal guidance).
Berdasarkan alat konsepnya mengenai sepuluh kelompok minat, Kuder lalu menyusun item-item inventorinya. Setiap item merupakan triad dari kegiatan-kegiatana yang mencerminkan tiga kelompok minat. Penyusunan triad-triad tersebut diatur sedemikian rupa sehingga setiap kelompok minat pernah ber-triad dengan kelompok minat lainnya. Subyek yang hendak dinilai disuruh memilih dalam setiap triad. Satu kegiatan yang paling disenangi dan satu kegiatan yang paling tidak disenangi dalam triad tersebut.
6.      Career Assesment Inventory (CAI)
Sekarang tersedia dua versi CAI, yaitu The Vocational Version (VV) dan The Enhanced Version (EV). Deskripsi dalam bagian ini adalah VV. Meskipun EV sangat serupa dalam struktur, adalah instrument yang sama sekali terpisah (Johannson,1986) yang dapat diterapkam  pada banyak dan rentang pekerjaan yang len\bih luas, mencakup banyak yang memerlukan pendidikan lewat sekolah menengah.
CAI pertama kali dikeluarkan pada tahun 1975, CAI (Johannson,1984) secara dekat mengikuti pola inventori Strong. Akan tetapi, berbeda dari kebanyakan unventori minat, CAI dirancang secara khusus untuk para pencari karir yang tidak memerlukan pendidikan universitas selama empat tahun atau pelatihan profesional lebih jauh. CAI berfokus pada pekerjaan yang melibatkan keterampilan, pekerjaan teknis, dan pekerjaan jasa.
Contoh dari skala-skala pekerjaan yang sekarang tersedia antara lain montir pesawat, petugas kesehatan gigi, petugas kafetaria, programer komputer, dan perawat terdaftar. Ke-305 butir soal inventori dikelompokkan dibawah tiga kategori isi yaitu aktivitas, mata pelajaran dan pekerjaan. Masing-masing butir menyediakan lima pilihan respons, dari ”sangat suka” sampai ”sangat tak suka”. Ditulis untuk tingkat membaca kelas 6, CAI juga bisa digunakan pada orang-orang dewasa yang memiliki keterampilan membaca yang buruk. Seperti inventori Strong, CAI menyediakan skor pada tiga tipe skala utama, termasuk 6 skala Tema Umum Holland, 22 skala Bidang Minat Dasar homogen, dan 91 skala pekerjaan. Indeks administratif dan empat akala non-pekerjaan juga termasuk didalamnya. Semua pengumpulan data dan analisis statistik dijalankan secara terpisah dari inventori ini. Kecuali skala Tema Umum, skala-skala tertentu yang dikembangkan dalam masing-masing kategori ini adalah khusus untuk CAI.

7.      Self Directed Search (SDS)
Instrumen ini dikembangkan oleh J.L Holland, sebagai instrumen konseling pekerjaan yang bisa dilaksanakan sendiri, diskor sendiri, dan diinterpretasikan sendiri. Individu mengisi Booklet Penaksiran-Diri, menskor respon, dan menghitung enam skor rangkuman yang berhubungan dengan tema model Holland (Realistis, Investigatif, Artistik, Sosial, Bersifat Wirausaha, dan Konvensional). Ketiga skor rangkuman tertinggi rangkuman tertinggi digunakan untuk menemukan kode berhuruf tiga. Sebuah skor pendamping, Penemu Pekerjaan, digunakan unutk menemukan pekerjaan diantara 1355 pekerjaan yang kodenya cocok dengan kode rangkuman responden.
Meskipun SDS dirancang untuk bersifat bisa menemukan skor sendiri, buku panduannya merekomendasikan pengawasan tertentu dan pemeriksaan skor. Sebuah studi atas 107 individu yang diseleksi secara acak dari berbagai usia yang mengikuti edisi SDS yang sekarang ada menunjukkan bahwa 7,5% lebih, telah menarik kode yang memuat atau transposisi yang tidak tepat (Holland, Powell & Frizche, 1994).
Validitas konkuren dan efisiensi prediktif SDS naik-turun tergantung pada susunan sampel-sampel dalam kaitan dengan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tipe-tipe distribusi.

8.      Rothwell Miller Interest Blank (RMIB)
Menurut sejarahnya tes ni disusun pertama kali oleh Rothwell pada tahun 1947. saat itu tes tersebut hanya memiliki 9 jenis kategori dari jenis-jenis pekerjaan yang ada. Kemudian pada tahun 1958 tes diperluas menjadi 12 kategori oleh Kenneth Miller.sejak saat itu tes minat ini dinamakan tes minat Rothwell Miller.
                Tes ini berbentuk blanko/formulir yang berisikan daftar pekerjaan yang disusun dalam 9 kelompok, dengan kode huruf A sampai I, serta dibedakan untuk kelompok pekerjaan pria dan wanitanya.masing-masing kelompok pekerjaan tersebut terdiri atas 12 jenis pekerjaan, yang mewakili 9 kategori pekerjaan yang akan diukur dalam tes ini. Tes ini disusun dengan tujuan untuk mengukur minat seseorang berdasarkan sikap seseorang terhadap suatu pekerjaan dan ide-ide stereotipe terhadap pekerjaan yang bersangkutan.
                Tes Rothwell Miller dapat diberikan kepada testee secara perorangan maupun klasikal. Instruksi biasanya sudah terdapat dalam balangko sehingga bagi testee yang sudah dewasa dapat diinstruksikan untuk membaca sendiri, kecuali untuk orang dewasa dengan intelegensi rendah (Dull-normal). Bagi testee dull-normal, dianggap kemampuannya untuk memahami, indtruksi tes yang tertulis sehingga perlu diberikan beberapa contoh untuk dapat mengerjakannya dengan tepat. Bahkan kadang masih harus dilengkapi dengan memeriksa pekerjaannya setiap saat untuk mencegah kemungkinan berbuat kesalahan.
9.      Safran Student’s Interest Inventory
Dalam inventori minat ini mengungkap tiga aspek, yaitu
 (1) Minat Jabatan
(2) Minat terhadap Mata Pelajaran dan,
(3) Tingkat kemampuan.
Daftar minat terhadap mata pelajaran di sekolah ini bersifat fleksibel. Siswa tidak perlu memberi nilai terhadap mata pelajaan yang tidak diberikan di sekolah. Jika hanya sepuluh matapelajaran yang dinilai, maka mereka hanya akan mengisi empat kotak dalam bagian yang agak menarik atau disenangi.
Test inventori nilai
Study of Value
Tes ini berupa suatu inventori kepribadian yang berstruktur.
Inventori kepribadian yang berstruktur ini terdiri dari pertanyaanpertanyaan
atau pernyataan-pernyataan tertentu yang hanya ada satu jawaban tertentu. Inventori of Values bertujuan untuk mengungkap
enam dasar minat dan motif dalam kepribadian yang relatif menonjol
yaitu teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politik, dan relegius.



3. Syarat Inventori yang Baik
Menurut Saifuddin Azwar (2009: 34) bahwa:
Apapun bentuk instrumen pengumpulan data yang digunakan, masalah
ketepatan tujuan dan penggunaan instrumen (validitas) dan keterpercayaan
hasil ukurnya (reliabilitas) merupakan dua karakter yang tidak dapat ditawartawar,
di samping tuntutan akan adanya objektivitas, efisiensi dan ekonomis.

Lebih lanjut Mahmud (2011: 165) mengatakan bahwa “untuk
mendapatkan sebuah instrumen penelitian yang baik atau memenuhi standar,
ada dua syarat yang harus dipenuhi yaitu validitas dan reliabilitas”. Hal ini
dipertegas oleh Ary (2005: 293) yang mengatakan “validitas menunjuk
kepada sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya
diukur.
Sebaliknya reliabilitas mengacu kepada sejauh mana suatu alat
pengukur secara ajeg (konsisten) mengukur apa saja yang diukurnya”.
Dalam penelitian ini, untuk menyusun instrumen kesiapan kerja peneliti
menggunakan dua persyaratan penting yaitu validitas dan reliabilitas.
Penjelasan mengenai validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut.

a. Validitas
Validitas berasal dari bahasa Inggris validity yang berarti keabsahan.
Toha Anggoro (2008: 536) mengatakan “suatu alat ukur dikatakan valid
atau mempunyai nilai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut memang
dapat mengukur apa yang hendak diukur”. Hal ini dipertegas oleh
Sugiyono (2009: 172) yang mengatakan “hasil penelitian yang valid bila
terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti”.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
validitas adalah sejauhmana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang
hendak diukur sesuai dengan tujuan dari alat ukur tersebut.
Purwanto (2007: 124) “mengelompokan metode pengujian validitas
menjadi tiga macam yaitu validitas isi, validitas kriteria, dan validitas
konstruk”.
1) Validitas Isi.
Validitas isi (content validity) adalah pengujian validitas dilakukan
atas isinya untuk memastikan apakah isi instrumen mengukur secara
tepat keadaan yang ingin diukur. Validitas isi berkenaan dengan isi
dan format dari instrumen. Apakah instrumen tepat mengukur hal
yang ingin diukur, apakah butir-butir pertanyaan telah mewakili aspek
yang akan diukur. Pengujian validitas isi dapat dilakukan
menggunakan satu dari tiga metode yaitu menelaah butir instrumen,
meminta pertimbangan ahli dan analisis korelasi butir total.
Untuk keperluan pengembangan butir-butir instrumen yang
representatif maka pengembangan butir-butir instrumen harus
didasarkan pada perencanaan kisi-kisi. Pengujian validitas isi yang
dilakukan dengan menelaah butir (item review) dilakukan dengan
mencermati kesesuaian isi butir yang tertulis dengan perencanaan
yang dituangkan dalam kisi-kisi. Butir-butir instrumen dinyatakan
valid (logically valid) apabila setelah mencermati isi butir-butir yang
ditulis telah menunjukan kesesuaian dengan kisi-kisi.

Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan meminta
pertimbangan ahli (expert). Orang yang memiliki kompetensi dalam
suatu bidang dapat dimintakan pendapatnya untuk menilai ketepatan
isi butir instrumen.
Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan melihat korelasi isi
butir dengan total. Korelasi butir dengan total menunjukkan
sumbangan butir terhadap totalnya. Sebuah butir dinyatakan valid
apabila dia berkorelasi tinggi dengan totalnya. Butir yang berkorelasi
tinggi dengan totalnya menunjukkan bahwa butir tersebut merupakan
isi dari instrumen karena mempunyai sumbangan besar membentuk
skor total instrumen.
2) Validitas Kriteria
Validitas kriteria (criterion related validity) adalah pengujian
validitas yang dilakukan dengan membandingkan instrumen dengan
kriteria tertentu di luar instrumen. Validitas kriteria berkenaan dengan
tingkat ketepatan instrumen mengukur segi yang akan diukur
dibandingkan dengan hasil pengukuran dengan instrumen lain yang
menjadi kriteria. Instrumen yang menjadi kriteria adalah instrumen
yang sudah standar. Validitas kriteria dihitung dengan
mengkorelasikan skor yang diperoleh dari penggunaan instrumen
tersebut dengan skor dari instrumen lain yang menjadi kriteria.

3) Validitas Konstruk
Validitas konstruk (construct validity) adalah pengujian validitas
yang dilakukan dengan melihat kesesuaian konstruksi butir yang
ditulis dengan kisi-kisi. Validitas konstruk berkenaan dengan konstruk
atau struktur dan karakteristik psikologis aspek yang akan diukur
dengan instrumen. Apakah konstruk tersebut dapat menjelaskan
perbedaan kegiatan atau perilaku individu berkenaan dengan aspek
yang diukur. Pengujian validitas konstruk dapat dilakukan dengan
menelaah butir, meminta pertimbangan ahli, konvergensi dan
diskriminabilitas, multitrait-multimethod, dan analisis faktor.
Berdasarkan beberapa uraian mengenai validitas di atas, peneliti
hanya menggunakan satu validitas saja yaitu validitas isi. Dalam
pengembangan alat ukur inventori kesiapan kerja lebih memfokuskan
pada sejauhmana isi inventori kesiapan kerja yang mencerminkan ciri
atribut yang hendak diukur. Validitas isi banyak tergantung pada
penilaian subyektif individual karena estimasi ini tidak melibatkan
perhitungan statistik melainkan analisis rasional maka tidaklah
diharapkan setiap orang akan sama pendapatnya mengenai validitas isi
suatu tes yang telah dicapai. Dalam penelitian ini akan dibantu kisikisi
pengembangan instrumen. Kisi-kisi tersebut menjabarkan variabel
menjadi sub variabel, kemudian dijabarkan kembali menjadi indikator
dan mejadi item pernyataan.

b. Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari bahasa Inggris rely yang berarti percaya, dan
reliable yang artinya dapat dipercaya. Dengan demikian reliabilitas
menurut Purwanto (2007: 161) “dapat diartikan sebagai keterpecayaan.
Keterpercayaan berhubungan dengan ketepatan dan konsistensi. Instrumen
dapat dipercaya atau reliabel apabila memberikan hasil pengukuran yang
relatif konsisten”.
Nurul Zuriah (2007: 192) berpendapat “apabila suatu alat pengukur
dipakai dua kali atau lebih untuk mengukur gejala yang sama dan hasil
pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut
dikatakan reliabel”.
Banyak metode yang dapat dipilih untuk menguji reliabilitas. Menurut
Purwanto (2007: 162) metode reliabilitas secara garis besar dikelompokan
menjadi dua yaitu:
1) Reliabilitas sebagai koefesien stabilitas eksternal yang terdiri dari dari
metode tes ulang (test-retest) dan metode paralel (parallel form).
2) Reliabilitas sebagai konsistensi internal hasil pengukuran butir-butir
instrumen yang terdiri dari metode belah dua digunakan untuk jumlah
butir instrumen genap, sedangkan untuk instrumen yang jumlah
butirnya ganjil maka formula yang digunakan Kuder-Richardson,
Hoyt, dan Alpha Cronbach.
Dalam penelitian ini, formula yang akan digunakan untuk menguji
reliabilitas inventori kesiapan kerja adalah dengan menggunakan formula

alpha cronbach. Seperti yang dijelaskan oleh Burhan Nurgiyantoro (2004:
349) “ reliabilitas alpha cronbach dapat dipergunakan baik untuk
instrumen yang jawabannya berskala maupun jika dikehendaki yang
bersifat dikhotomis”. Hal ini sesuai dengan pengembangan inventori
kesiapan kerja yang menggunakan jawaban berskala. Jawaban berskala
tidak memberlakukan jawaban salah dan yang ada adalah tingkatan
ketepatan opsi jawaban. Seperti yang diungkapkan oleh Suharsimi
Arikunto (2006: 198) “ untuk mengukur reliabilitas instrumen yang
skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai atau skala bertingkat
(rating scale) digunakan rumus Alpha”.

Langkah-langkah Penyusunan Inventori.
Pengembangan inventori kesiapan kerja ini, akan digunakan untuk
mengukur dan menilai sejauh mana kesiapan kerja yang dimiliki oleh siswa.
Penyusunan inventori kesiapan kerja ini akan mengikuti langkah-langkah
penyusunan intrumen bentuk skala model likert. “Jawaban setiap item
instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai tingkatan dari sangat
positif sampai sangat negatif” (Sugiyono, 2009: 93). Pada skala likert
perangsangannya adalah pernyataan. Pernyataan yang akan diberikan oleh
subyek adalah pernyataan yang favorable (mendukung) atau pernyataan
tidak-favorable (tidak mendukung), dalam bentuk variasi sebagai berikut:
sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai
(STS).

Ada beberapa langkah penyusunan instrumen psikologi diantaranya
menurut Suharsimi Arikunto (2006: 166) yang menjelaskan “prosedur yang
ditempuh dalam pengadaan instrumen yang baik ada 6 langkah yaitu: 1)
perencanaan, 2) penulisan butir, 3) penyuntingan, 4) uji coba, 5) pengenalan
hasil, 6) mengadakan revisi”.
Sementara itu menurut Saifuddin Azwar (2011: 11) :
Penyusunan skala psikologi harus melalui prosedur sebagai berikut:
identifikasi tujuan ukur, operasional konsep, penskalaan dan pemilihan
format stimulus, penulisan item dan review item, uji coba, analisis item,
kompilasi 1 seleksi item, pengujian reliabilitas dan validitas, serta
kompilasi II format final.
Berdasarkan uraian di atas, langkah-langkah penyusunan instrumen yang
akan dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada langkah dasar
perancangan dan penyusunan skala psikologis dari Saifuddin Azwar karena
lebih mudah dipahami, yang meliputi: identifikasi tujuan akhir,
operasionalisasi konsep, penskalaan dan pemilihan format stimulus, penulisan
item dan review item, uji coba, analisis item, kompilasi 1 item, pengujian
validitas dan reliabilitas, dan kompilasi II format final.





BAB 3

Kesimpulan dan saran
Inventori adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan teknik non test.
Dimana inventori sendiri dibagi menjadi 3:inventori kepribadian,minat dan nilai
Saran :karna keterbatasan data yang ada ,penulis mengharapkan pembaca menambah pengetahuan dengan membaca buku,atau data lain yang lebih lengkap sehingga pengetahuannya akan lebih banyak





                                                      Daftar pustaka

http://bkpemula.wordpress.com/2011/12/19/macam-macam-tes-inventori-kepribadian/
Anne Anastasi dan Susana Urbina. Tes Psikologi “Psychological Testing”. PT Indeks, Jakarta : 2007. Alih bahasa oleh Robertus Hariono dan  Imam, MA
eprints.uny.ac.id/.../Bab%202%20-%2007104244042....